Senin, 20 Februari 2012

Kit Kittredge



WHO IS KIT KITTREDGE?
Margaret Mildred Kittredge or usually called Kit Kittredge. She’s an American girl. She’s an ambitious one. She wanna be a reporter. She loves and spends almost her time to write articles by her old typewriter on the tree house in front of her house. Although her first article has refused by Mr. Gibson Peabody as a newspaper’s editor of ‘The Cincinnati Register’ to be published nor her next articles neither, she never gives up and tries to write and write continuously.

ALL WILL EXCHANGE
Kit’s father, Jack Kittredge works in his car dealership. Her mother, Margaret Kittredge is a kind housewife. And Grace is a good girl dog which brought to home from pathway. Kit’s family live happily until the bank takes his father car dealership and her car too. All things will be exchanging. Her father decides to go to Chicago to finding job. For a while, her house receives some boarder to get some money and save the family’s home. They have to adapt with strangers people. They’re Miss May Dooley (dance instructor), Miss Lucinda Bond (mobile librarian), Mr. Jefferson Berk (a magician), Mrs. Howard and her son, Stirling Howard. Then, Kit meet Will and Countee, a pair of young hobos who will work for meals.

SELLING THE EGGS
Sometimes, it seems difficult to survive without father beside them but Kit and her mother try to keep their life go on. It’s better than live together with uncle Hendrick. So, they do not only plant the vegetables, but also sell the eggs which sent by Aunt Millie continously. At first, Kit minds to do that. She feels shy as like as her friend and neighbour too, Franches and her young sister (florence) who must sell eggs before lost their home. She thinks that selling eggs will bring them to the poorness. But then she remembers that she can let the problem beat her. So, she never gives up and just goes with the flow.

AN EXITING TOUR
Kit thinks, it will be interesting to investigate the hobo’s life. So, she asks Will and Countee who live in a hobo jungle near the  river and railway to bring her to their environment. Her friends, Stirling and Ruthie join with her too. Will tell them about his life and how he can be gether with Countee since they have met in Oklahama, fourteen months before, and tell them what every hobo’s symbols are mean too. When they arrive in hobo jungle, they are amazing. They are told that all those people who live there was a succes men and had a happy rich family. And now, they live together. All for one, and one for all. They divide all what they have to others.

WILL IS A THIEF … (?)
One day, when the Smithens, Ruthie’s family have a vacation trip to Myrtle Beach for ten days, their house is almost robbed if no one knows and stops him. An eyewitness thinks that the thief is a hobo and has a tattoo on his right arm. The sheriff finds evidences, such as a pair print of shoes that given by Mrs. Kittredge to Will and the big suspecticion as the thief is Will Shepherd, who worked in Kit’s house with Countee, his friend. Because of his dissapearing, it makes the thief accusacion to Will become true and stronger. But, Kit do not believe it and try to resolve the mystery.

MR. BERK AND THE MONKEY
Mr. Berk’s brother joins to live with them. His name is Frederich Berk and his monkey’s is Curtis. Berk brothers strange attitude arouse Kit’s suspicion. When the brothers go out to somewhere, Kit and Ruthie enter to their room to get something as evidences and Stirling stay on the treehouse to giving warning to them when the brothers come. Kit finds the money and jewelry which saved by her mom into the box before. But she can’t find the box there till the brothers enter to the room. Fortunately, they have found Stirling’s warning in hobo’s symbol. So, they are still in savety. Kit asks Ruthie to call the sheriff and tell what has happened. Then, She hides behind of car seat to follow where the brothers go.

ALL IS OVER
Miss Bond is told by Ruthie that the thief will be finding and Kit have followed them. Soon, Miss Bond, Ruthie, and Stirling follow them. Frederich digs the ground where he hid the stolen money. He tries to dig up many times but he doesn’t find it yet. Miss Bond comes near to Berk brothers alone and tell to them that their job has known. Kit suspects Miss Bond as one of them. Then, she plans something with her two friends to disturb their work. Kit changes the direction of hobo’s symbol which only can be read by hobos. Although the brothers and Miss Bond lost the children trails they have found in one of hobo’s tent in environment. All hobos help the children and hand the brothers and Miss Bond over to the sheriff. It reminds Will to ‘Robin Hood story’ who steal from the rich to give to the poor. But they aren’t. They have stolen from the rich and the poor and keep it for themselves. 

A GREAT THANKSGIVING’S DAY
After that day, Kit, her mother, and all people who live in that house fell better except Mr. Berk and gether to celebrate thanksgiving’s day with uncle Hendrick. The hobos come to celebrate it with them and are allowed. But uncle Hendrick doesn’t. Kit’s happiness rises since her father comes back to their home. He decides to stay in Cincinnati ever after and find a new work. Then, Mr. Peabody comes to Kit’s house and tells that her articles has published. All people congratulate on it. Finally, Kit’s family live happily with new family.


Thanks…^_^


Suggestion : You should watch it yourself. It will be more exciting. Trust me...

BIOGRAFI IMAM ABU SYUJA' (SHOHIBUT TAQRIB) 433-593 H/1042-1196 M


Abu Syuja’ berasal dari Isfahan, salah satu kota di Persia, Iran. Syaikh al-'Alim al-'Allaamah al-Imam Syihabud Dunya wa al-Din, Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahani asy-Syafi`i rahimahullah yang lebih dikenali sebagai Qadhi Abu Syuja` atau Qadhi Abu Thayyib adalah seorang ulama besar dalam mazhab asy-Syafi`i. Beliau dilahirkan di Bashrah. Tarikh lahir dan wafatnya tidak diketahui dengan pasti. Ada yang menyatakan beliau lahir dalam tahun 328H dan wafat pada tahun 488H, manakala pendapat lain menyatakan bahwa beliau lahir tahun 433H dan wafat tahun 593H.

Pernah menjabat sebagai menteri pada dinasti Bani Saljuk tahun 447H/1455M, sehingga dikenal dengan julukan Syihabuddunya waddin (bintang dunia dan agama). Di saat itu, ia dapat menyebar luaskan agama dan keadilan. Kebiasaannya, tak pernah keluar rumah sebelum shalat dan membaca al-Qur’an sedapat mungkin.

Dalam urusan kebenaran, ia tak pernah gentar akan caci maki, hujatan dan kecaman dari siapapun, baik pejabat atau penjahat. Ketika menjabat sebagai menteri, Abu Syuja’ sangat dermawan. Ia mengangkat sepuluh orang pembantu untuk membagi-bagikan hadiah dan sedekah. Mereka diserahi seratus dua puluh ribu dinar. Uang sebanyak itu dibagi-bagikan kepada para ulama dan orang-orang yang saleh.

Abu Syuja’ adalah pakar fikih mazhab Syafi’i. Di Bashrah ia mendalami mazhab fikih yang dipelopori Imam Syafi'i selama ini, empat puluh tahun tahun lebih, sehingga menjadi pakar fikih madzhab Syafi’I. Setelah hidup dalam kenyamanan, beliau memilih menempuh jalan "zuhud" meninggalkan kenikmatan duniawi lantas berhijrah ke Madinah dan menetap di Masjid Nabawi. Menyapu, merapikan tikar dan menyalakan lentera Masjid Nabawi merupakan aktivitas rutinnya setiap hari. Setelah salah satu marbot utama Masjid Nabawi meninggal, beliau menggantikan tugas-tugasnya jalankan tugas tersebut sampai akhir hayatnya. Abu Suja’ meninggal di Madinah. Jenazahnya dimakamkan di Masjid yang ia bangun sendiri di dekat Bab Jibril, sebuah tempat yang pernah disinggahi malaikat Jibril. Letak kepalanya berdekatan dengan kamar makam Nabi dari sebelah timur.

Allah menganugerahkan usia panjang kepada tokoh besar ini. Selama 160 tahun lamanya ia menghirup udara dunia. Akan tetapi dalam jangka waktu yang sangat panjang itu, tak satupun dari anggota tubuhnya yang cacat. Ketika ditanya mengenai rahasianya, beliau menjawab: “Aku tidak pernah menggunakan satupun dari anggota tubuhku untuk bermaksiat kepada Allah. Karena pada masa mudaku aku meninggalkan maksiat, maka Allah menjaga tubuhku di usia senja.”
Penjelasan riwayat hidup Abu Syuja’ yang diurai diatas disebut dalam beberapa kitab syarah Fath al-Qorib dan dikutip oleh beberapa orang. Tampaknya, semua sepakat bahwa Abu Syuja’ lahir pada tahun 433 H. Tapi, mengenai tahun wafatnya masih diperselisihkan oleh beberapa kalangan. Yang menarik al-Bajuri menyebutkan bahwa Abu Syuja’ wafat pada tahun 488 H. Padahal dalam redaksi lainnya ia menyebut persis seperti pesyarah yang lain. Haji Khalifah dalam Kasyf az- Zhunun menuturkan bahwa Abu Syuja’ meninggal pada tahun 488 H.

Dalam pernyataan bahwa Abu Syuja’ pernah menjabat sebagai wazir pun masih perlu diselidiki kebenarannya. Sumber-sumber kitab sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu memang ada seorang wazir berjuluk Abu Syuja’. Ia dikenal adil dan alim. Ia juga mengarang kitab Takmilah li-Kitab Tajarid al-Umam karya Ibnu Miskawaih. Ia juga bermazhab Syafi’i dan berguru pada Syekh Abu Ishaq as-Syirazi di Baghdad. Disebutkan pula bahwa ia terlahir pada tahun 437 H dan wafat pada 488 H. Tahun wafat itu sama dengan yang dsebut oleh al-Bajuri dan Haji Khalifah. Di sinilah timbul kekaburan.

Namun Abu Syuja’ sang wazir itu tidak bernisbah al-isfahani. Nisbahnya adalah ar-Rudzarawari. Namanya pun berbeda. Sang wazir itu bernama Muhammad al-Husain bin Muhammad bin Abdillah bin Ibrahim. Sedang Abu Syuja’, pengarang Taqrib, bernama Ahmad bin al-Husain binAhmad bin al- Isfahani. Hanya saja, kedua orang itu bertepatan berkunyah sama yaitu Abu Syuja’. Dalam kitab-kitab sejarah juga disebutkan bahwa Abu Syuja’, sang wazir Dinasti Abbasiyah, wafat di madinah. Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa kedua orang itu berbeda.

Mungkin saja para pesyarah fath al-Qorib seperti al-Bajuri, Syek Nawawi Banten dan Majid al-Humawi ikut pada al-Bujairimi yang salah satu dari ad-Dairobi. Yang lebih baik adalah mempercayai apa yang ada dalam Thabaqat as-Syafi’iyah karya as-Subki dan Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah yang menyebut keduanya terpisah dan berbeda.

Ghayah al-Ikthishar yang dikarang oleh Abu Syuja’ termasuk karya terindah mengenai pokok-pokok fikih. Kitab yang lebih dikenal dengan sebutan Taqrib ini, mencakup permasalahan yang luas meskipun bentuknya kecil. Seorang ulama mengubah bait-bait syair, memuji Abu Syuja’ dan karya monumentalnya, Ghayah al-Ikhtishar, yang lebih popular dengan sebutan Taqrib:
Wahai yang menghendaki faidah berkesinambungan
Demi peroleh keluhuran dan kemanfaatan
Dekatilah ilmu-ilmi itu
Jadilah kau pemberani
Dengan Taqribnya (pendekatan) Abi Syuja’ (bapak para pemberani)

Karena padat dan pentingnya isi kitab ini, para imam berpacu mensyarahi, mengomentari, memberi catatan kaki serta merumuskannya dalam bait-bait nazam. Di antaranya syarah-syarah tersebut ialah:
  1. Kifayah al-Akhyar fi Syarh al-Ikhtisar, karya Imam Taqiyuddin bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi, wafat 829 H. Kitab ini sebanyak dua jilid.
  2. al-Iqna’ fi Hall Alfazh Abi Syuja’, karya al-Khatib al-Syarbini.
Fath al-Qarib al-Mujib fi syarh at-Taqrib atau al-Qaul al-Mukhtar fi syarh Ghayat al-Ikhtishar, karya Abu Abdillah Muhammad bin Qasim al-Gazzi, w. 918 H. Dan masih banyak lainnya.